diff --git a/_full/2020-05-09-full-59649.md b/_full/2020-05-09-full-59649.md deleted file mode 100644 index 024749ebeb..0000000000 --- a/_full/2020-05-09-full-59649.md +++ /dev/null @@ -1,407 +0,0 @@ ---- -layout: full_article -title: "PRODUKSI DAN KECERNAAN IN VITRO RUMPUT Stenotaphrum secundatum YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN BEBERAPA LEGUMINOSA DI PERKEBUNAN KELAPA" -author: "N. N. C. Kusumawati, T. G. O. Susila, N. M. Witariadi, N. G. K. Roni, N. N. Yastini" -categories: pastura -canonical_url: https://jurnal.harianregional.com/pastura/full-59649 -citation_abstract_html_url: "https://jurnal.harianregional.com/pastura/id-59649" -citation_pdf_url: "https://jurnal.harianregional.com/pastura/full-59649" -comments: true ---- - -
pastura Vol. 9 No. 2 : 78 - 81
-p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444
-N. N. C. Kusumawati1), T. G. O. Susila1), N. M. Witariadi1), N. G. K. Roni1), dan N. N. Yastini2)
-1) .Fakultas Peternakan Universitas Udayana, 2) Fakultas Pertanian Univesitas Dwijendra Denpasar e-mail: candraasih@unud.ac.id
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan kombinasi terbaik Penanaman rumput Stenotaphrum secundatum dengan beberapa leguminosa di perkebunan kelapa Pekutatan Jembrana. Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima kombinasi perlakuan yaitu leguminosa Arachis pintoi cv. Amarillo, Arachis sp. 93483, Desmodium ovalipolium CIAT 13089, Desmodium heterocarpon CIAT 1311 dan Teramnus labialis masing-masing diintegrasikan dengan rumput S. secundatum Vanuatu dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan produksi bahan kering hijauan pada pemotongan ketiga tertinggi pada kombinasi S. secundatum Vanuatu dengan A. pintoi cv. Amarillo yaitu 51,36 g/m2 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan lainnya. Produksi hijauan terendah pada campuran S. secundatum Vanuatu dengan T. labialis yaitu 29,39 g/m2. Komposisi botani didominasi oleh rumput dan mengalami pluktuasi meningkat pada pemotongan kedua dan menurun pada pemotongan ketiga. Imbangan rumput leguminosa yang proporsional adalah campuran S. secundatum Vanuatu dengan Arachis sp. 93483 dan dengan Arachis pintoi cv. Amarillo masing-masing 79,45% : 17,69% dan 82,53% : 15, 59% pada pemotongan ketiga. Hasil koefisien cerna bahan kering dan bahan organik pada pemotongan ketiga tertinggi pada kombinasi S. secundatum Vanuatu dengan A. pintoi cv. Amarillo yaitu 63.56% dan 70,65%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman kombinasi S. secundatum Vanuatu dengan leguminosa yang mempunyai rhizoma dan stolon kuat (tumbuh merayap) mempunyai produksi dan kecernaan lebih tinggi dari pada kombinasi dengan perakarannya dangkal dan tumbuh melilit (keatas). Kombinasi rumput S. Secundatum Vanuatu dan leguminosa A. pintoi cv. Amarillo dan Arachis sp. 93483 cocok dikembangkan di kebun kelapa.
-Kata kunci: asosiasi, rumput, leguminosa, perkebunan kelapa
-The evaluation was carried out on a coconut plantation in Pekutatan, Jembrana, Bali. The purpose of this research is to get the best combination of quality and quantity of pasture. The design used was completely randomized design (CRD) with five treatment combinations namely legume Arachis pintoi cv. Amarillo, Arachis sp. 93483, Desmodium ovalipolium CIAT 13089, Desmodium heterocarpon CIAT 1311 and Teramnus labialis were mixed with S. secundatum Vanuatu grass with 3 replications. The results of the research showed that the production of forage dry matter at the third highest cut was in combination with S. secundatum Vanuatu with A. pentoi cv. Amarillo is 51.36 g / m2 significantly higher than other treatments. The lowest forage production in the mixture of S. secundatum Vanuatu with T. labialis is 29.39 g/m2. The botanical composition is dominated by grass and experiences an increased pluctuation in the second cut and decreases in the third cut. The proportional balance of legume grass is a mixture of S. secundatum Vanuatu with Arachis sp. 93483 and with Arachis pintoi cv. Amarillo respectiv. The proportional balance of legume grass is a mixture of S. secundatum Vanuatu with Arachis sp. 93483 and with Arachis pintoi cv. Amarillo respectively 79.45%: 17.69% and 82.53%: 15.59% on the third cut. The results of the digestibility coefficient of dry matter and organic matter in the third highest cut in the combination of S. secundatum Vanuatu with A. pintoi cv. Amarillo are 63.56% and 70.65%. Based on the results of the study it can be concluded that the combination of S. secundatum Vanuatu with legumes that have rhizomas and strong stolons (growing creeping) has higher production and digestibility than the combination with shallow roots and growing around (upward). The combination of A. pintoi cv. Amarillo and Arachis sp. 93483with S secundatum Vanuatu suitable to be developed in a coconut garden.
-Keywords: association, grass, legume, coconut plantations
-Lahan merupakan masalah yang utama dalam penyediaan hijauan pakan. Sebagian besar lahan digunakan untuk tanaman pangan untuk kebutuhan manusia. Melihat hal tersebut sulit mencari lahan khusus untuk tanaman makanan ternak. Walaupun demikian petani masih memelihara ternak sebagai usaha sampingan dan memperoleh hijauan dari tepi jalan, sekolah pematang sawah, dan tepi hutan. Cara demikian belum dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Untuk mengatasi hal tersebut, usaha penanaman hijauan pakan untuk penyediaan hijauan harus dilakukan baik mutu maupun jumlahnya.
-Penanaman dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman pokok petani. Mengingat lahan di perkebunan kelapa di Bali masih banyak yang belum dimanfaatkan maka usaha penanaman tanaman makanan ternak di lahan tersebut masih memungkinkan. Untuk mendapatkan hijauan pakan yang mempunyai produksi tinggi dan berkualitas hendaknya ditanam spesies campuran rumput dengan leguminosa yang cocok tumbuh dan berkembang di perkebunan kelapa. Dalam pertanaman campuran rumput-leguminosa akan terjadi kompetisi baik antara spesies maupun dalam spesies. Tanaman yang mempunyai pertumbuhan tegak dan melilit ke atas seperti D. ovalifolium, D. heterocarpon dan Teraminus labialis akan lebih mampu berkompetisi terhadap sinar matahari. Tanaman yang tumbuh merayap seperti Arachis pintoi dan Arachis sp. Mempunyai stolon padat dan kuat akan lebih mampu berkompetisi terhadap ruang dan lebih tahan naungan. Dengan demikian dalam pertanaman campuran sebaiknya dipilih spesies yang kompatibilitasnya baik. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa jenis rumput Paspalum, Stenotaphrum, dan Arachis dapat berproduksi dengan baik di perkebunan kelapa.
-Berdasarkan permasalahan dan informasi diatas maka penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan baik kualitas maupun kuantitas pasture campuran yang baik antara stenotaphrum dengan beberapa leguminosa di perkebunan kelapa di Desa Pekutatan Jembrana.
-MATERI DAN METODE
-Penelitian dilaksanakan di Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali. Kurang lebih 60 km sebelah barat Denpasar. Tekstur tanah lempung liat, pH berkisar 6,6 intensitas sinar 65% dan curah hujan 2070 mm/tahun. Penelitian laboratorium dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Bogor.
-Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 5 jenis leguminosa yaitu leguminosa Arachis pintoi cv. Amarillo, Arachis sp. 93483, Desmodium ovalipolium CIAT 13089, Desmodium heterocarpon CIAT 1311 dan Teramnus labialis masing-masing diintegrasikan dengan rumput S. secundatum Vanuatu. Herbisida (glyphosate), pupuk S (belerang), dan lahan perkebunan kelapa, lahan yang digunakan 15 petak perlakuan, jarak antar pohon kelapa 10 m. Alat-alat yang digunakan penggaris kayu ukuran100 cm dengan skala 1 cm, timbangan duduk salter kapasitas 2500 g dengan kepekaan 10 g, timbangan salter kapasitas 1000 g dengan kepekaan 5 g, timbangan salter kapasitas 200 g dengan kepekaan 2 g, timbangan elektrik kepekaan 0,01 g, timbangan elektrik kepekaan 1 g, cangkul, sabit, gunting, light meter, kantong plastik/kertas, oven, dan alat-alat tulis.
-Berdasarkan intensitas sinar, kesuburan tanah, curah hujan dan kemiringan tanah yang sama pada awal penelitian maka penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan dan 5 perlakuan kombinasi yaitu :
-A. Arachis pintoi cv Amarillo dengan S. scundatum Vanuatu
B. Arachis sp. 93483 dengan S. scundatum Vanuatu C. Desmodium ovalifolium CIAT 13089 dengan S. scundatum Vanuatu
D. Desmodium heterocarpon CIAT 1311 S. scundatum Vanuatu
E. Teramnus labialis dengan S. scundatum Vanuatu
Variabel yang diukur : produksi hijauan, daun, batang, nisbah daun/batang, komposisi botani (% rumput, % leguminosa, % gulma) dan kecernaan bahan kering dan bahan organik.
-Pada saat pengolahan tanah dilakukan penyemprotan dengan glyphosate untuk membasmi gulma. Pemupukan sulfur (S) dilakukan sebelum penanaman sebanyak 20 kg/ha (22,22 g/petak) untuk mencegah difesiensi S karena areal percobaan kandungan S nya rendah. A. pintoi dan Arachis sp. Ditanam dengan biji dan jenis tanaman lainnya ditanam dengan stek. Rumput, leguminosa ditanam dipersemaian selama satu bulan, lalu ditanam dikantong-kantong plastik selama 4 bulan. Kemudian dipindah ke petak perkebunan dengan jarak tanam 20 cm secara selang seling (rumput-leguminosa, rumput-leguminosa) sehingga dalam satu petak perlakuan terdapat 50 rumput dan 50 leguminosa. Pemotongan untuk penyeragaman dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan dari saat penanaman pada petak.
-Tinggi pemotongan 5 cm dari permukaan tanah. Pemotongan selanjutnya setiap 6 minggu sebanyak 3 kali dengan kwadrat 1 m × 1 m.
-Pengukuran komposisi botani dengan menimbang masing-masing spesies rumput, leguminosa dan gulma yang ada dalam kwadrat. Kemudian di sub sampel 200 g. Daun dan batang dipisahkan, selanjutnya dioven pada suhu 70 0C sampai berat konstan. Produksi hijauan didapat dengan menjumlahkan berat daun dengan berat batang. Nisbah daun/batang diperoleh dengan membagi berat daun dengan berat batang. Kecernaan bahan kering dan bahan organik didapat dengan cara mencampur rumput dan leguminosa pada masing masing perlakuan pada pemotongan ketiga, selanjutnya dianalisa dengan cara in vitro dengan menggunakan metode Tilley dan Terry yang dimodifikasi oleh Van Soest (1966).
-Data dianalisis dengan sidik ragam (Steel dan Torrie, 2003) untuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan.
-Produksi total hijauan pada pemotongan pertama tertinggi pada campuran S. secundatum dengan Arachis sp.93483 (B) yaitu 266,71 g/m2. Pada pemotongan selanjutnya produksi mengalami penurunan. Pada pemotongan ke tiga produksi total hijauan tertinggi yaitu campuran S.secundatum dengan Arachis pintoi (A) yaitu 51.36 g/m2 berbeda nyata (P<0,05%) dengan perlakuan lainya (Tabel 1). Hal ini karena Arachis pintoi merupakan leguminosa yang mempunyai produksi daun paling tinggi. Semakin banyak daun semakin meningkat proses fotosintesis sehingga pertumbuhan dan produksi meningkat. Disamping itu leguminosa Arachis pintoi termasuk tanaman yang tahan naungan dan cocok berkembang di bawah pohon kelapa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rika et al. (1991) mengatakan bahwa Arachis pintoi yang di integrasi dengan S. secundatum dapat tumbuh baik di bawah pohon kelapa dan tidak mengurangi produksi buah kelapa. Maswar (2004) menyatakan bahwa Arachis pintoi sangat baik tumbuh di daerah tropis, dataran rendah maupun dataran tinggi dapat tumbuh pada segala kondisi tetapi paling bagus tumbuhnya pada kondisi di bawah naungan (70 – 80%). Naungan dapat mempengaruhi proses fotosintesis, transpirasi, respirasi, reduksi nitrat, sintesis protein, produksi hormon, translokasi, pertumbuhan akar dan penyerapan mineral yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
-Penurunan produksi pada pemotongan kedua dan ketiga karena interval pemotongan pendek (6 minggu)
-dan saat itu sudah musim kering serta unsur hara sudah berkurang. Interval pemotongan yang pendek pada musim kering menghambat pertumbuhan kembali sehingga produksi tanaman menurun.
-Tabel 1. Produksi Bahan Kering pada Pemotongan yang Pertama, Kedua dan Ketiga
-
- Peubah |
- Perlakuan |
- I |
- Pemotongan II |
- III |
- Produksi hi- |
- A |
- 213,49 b* |
- 158,8 d |
- 51,36 a |
- jauan (g/m2) |
- B |
- 266,71 a |
- 203,47 b |
- 37,12 b |
- C |
- 188,04 c |
- 184,39 c |
- 32,87 c | |
- D |
- 253,79 a |
- 231,86 a |
- 30,39 cd | |
- E |
- 225,80 a |
- 195,36 bc |
- 29,39 d | |
- Produksi daun |
- A |
- 128,54 bc |
- 70,22 d |
- 28,73 a |
- (g/m2) |
- B |
- 165,63 a |
- 101,70 b |
- 25,23 b |
- C |
- 117,63 c |
- 91,57 cd |
- 20,20 c | |
- D |
- 140,20 b |
- 16,80 a |
- 15,67 d | |
- E |
- 131,40 bc |
- 63,53bc |
- 15,58 d | |
- Produksi |
- A |
- 84,95 cd |
- 88,58 b |
- 16,32 a |
- batang (g/m2) |
- B |
- 101,08 b |
- 101,77 ab |
- 11,89 a |
- C |
- 70,41 d |
- 92,82 b |
- 12,67 a | |
- D |
- 113,59 a |
- 115,06 a |
- 15,13 a | |
- E |
- 94,40 bc |
- 98,83 ab |
- 13,61 a | |
- Nisbah daun / |
- A |
- 1,51 a |
- 0,79 a |
- 1,76 ab |
- batang |
- B |
- 1,64 a |
- 1,00 a |
- 2,12 a |
- C |
- 1,67 a |
- 0,99 a |
- 1,59 ab | |
- D |
- 1,23 a |
- 1,02 a |
- 1,04 b | |
- E |
- 1,39 a |
- 0,98 a |
- 1,16 b | |
- Keterangan * nilai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda | ||||
- nyata (P>0,05) dengan uji Duncan | ||||
- Tabel 2. Produksi Bahan Kering Rumput, Leguminosa dan | ||||
- Gulma pada Pemotongan Pertama, Kedua dan | ||||
- Ketiga | ||||
- Peubah |
- Perlakuan |
- I |
- Pemotongan II |
- III |
- A |
- 178,99 c* |
- 128,84 c |
- 38,75 a | |
- Produksi rum- |
- B |
- 233,59 a |
- 181,61 b |
- 30,39 a |
- put (g/m2) |
- C |
- 183,17 c |
- 183,39 b |
- 32,39 a |
- D |
- 247,58 a |
- 227,92 a |
- 29,39 a | |
- E |
- 209,44 b |
- 187,89 b |
- 27,95 a | |
- A |
- 34,50 a |
- 29,95 a |
- 6,30 a | |
- Produksi |
- B |
- 33,13 a |
- 21,85 b |
- 6,73 a |
- leguminosa (g/ m2) |
- C |
- 4,86 c |
- 1,00 d |
- 0,48 b |
- D |
- 6,21 c |
- 3,25 d |
- 1,41 b | |
- E |
- 16,35 b |
- 7,47 c |
- 1,45 b | |
- A |
- 3,00 c |
- 0,83 d |
- 1,34 a | |
- B |
- 3,28 c |
- 1,00 c |
- 1,09 a | |
- Produksi |
- C | |||
- gulma (g/m2) |
- 4,19 b |
- 2,50 a |
- 0,87 a | |
- D |
- 2,83 c |
- 0,69 e |
- 0,86 a | |
- E |
- 5,17 a |
- 1,67 b |
- 3,18 a |
Berdasarkan hasil penelitian pertanaman campuran rumput S. scundatum Vanuatu dengan leguminosa A. pintoi cv. Amarillo dan Arachis sp. 93483 cocok dikembangkan di perkebunan kelapa ditinjau dari aspek produksi dan kecernaan. Dimana poduksi hijauan, rumput, leguminosa, kecernaan bahan kering dan bahan organik lebih tinggi daripada perlakuan
-
- Tabel 3. Komposisi Botani Pastura Campuran | ||||
- Pemotongan |
- Perlakuan |
- Komposisi botani (%) | ||
- Rumput |
- Leguminosa |
- Gulma | ||
- I |
- A |
- 82,63 d* |
- 15,98 a |
- 1,39 b |
- B |
- 86,51 c |
- 12,27 b |
- 1,22 b | |
- C |
- 95,29 a |
- 2,53 d |
- 2,18 a | |
- D |
- 96,48 a |
- 2,42 d |
- 1,10 b | |
- E |
- 90,62 b |
- 7,14 c |
- 2,24 a | |
- II |
- A |
- 80,72 d |
- 18,76 a |
- 0,52 c |
- B |
- 88,83 c |
- 10,68 b |
- 0,49 c | |
- C |
- 98,13 a |
- 0,40 c |
- 1,34 a | |
- D |
- 98,30 a |
- 1,40 c |
- 0,30 d | |
- E |
- 95,36 b |
- 3,79 c |
- 0,85 b | |
- III |
- A |
- 82,53 d |
- 15,59 a |
- 1,88 c |
- B |
- 79,45 e |
- 17,69 a |
- 2,86 b | |
- C |
- 96,02 a |
- 1,42 c |
- 2,56 b | |
- D |
- 92,80 b |
- 4,48 b |
- 2,72 b | |
- E |
- 85,79 c |
- 4,42 b |
- 9,79 a | |
- Keterangan * nilai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan uji Duncan |
Tabel 4. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) pada Pemotongan Ketiga
-
- Perlakuan |
- KCBK (%) |
- KCBO (%) |
- A |
- 63,56 a* |
- 70,65 a |
- B |
- 58,97 b |
- 66,41 b |
- C |
- 55,90 c |
- 63,22 c |
- D |
- 56,32 bc |
- 63,66 bc |
- E |
- 53,94 c |
- 59,46 d |
Keterangan : * nilai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan uji Duncan.
-lainnya. Campuran rumput S. scundatum Vanuatu dengan leguminosa A. pintoi cv. Amarillo dan Arachis sp 93483 termasuk kompatibel dengan kandungan leguminosa 15,98% dan 12,27% pada pemotongan pertama, 18,76% dan 10,68% pada pemotongan kedua, 15,59% dan 17,69% pada pemotongan ketiga. Hal ini karena A. pintoi dan A.sp.93483 mempunyai perakaran (stolon dan rizoma) yang kuat, toleran terhadap kekeringan dan tahan terhadap naungan serta adaptif di bawah pohon kelapa sehingga lebih mampu berkompetisi terhadap ruang dibandingkan tanaman leguminosa yang tumbuh melilit (ke atas). Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Rika et al. (1991) bahwa kombinasi Arachis pintoi dengan tanaman yang tumbuh merayap lebih kompatibel daripada tanaman yang tumbuh tinggi.
-Komposisi botani rumput meningkat pada pemotongan kedua dan menurun pada pemotongan ketiga. Karena rumput lebih mampu berkompetisi dibandingkan dengan leguminosa dan gulma pada pemotongan kedua, sedangkan pada pemotongan ketiga unsur hara sudah mulai berkurang pada tanah karena musim kering karena pertumbuhan rumput dan legum menurun sedangkan pertumbuhan gulma meningkat.
-Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
-1. Kombinasi rumput Stenotaprum secundatum Vanuatu dengan leguminosa Arachis pintoi cv. Amarillo dan Arachis sp 93483 yang tumbuh merayap mempunyai produksi dan kecernaan lebih tinggi dan imbangan rumput leguminosa lebih proporsional daripada leguminosa Desmodium ovalifolium CIAT 1389, Desmodium heterocarpon CIAT 1311 dan Teramnus labialis yang tumbuh tegak (melilit).
2. Kombinasi S. secundatum Vanuatu dengan A. pintoi cv. Amarillo dan Arachis sp. 93483 cocok dikembangkan di perkebunan kelapa ditinjau dari aspek produksi dan kecernaan.
Abdulah, L., M. H. K. Panca Dewi, H. Soedarmadi. 2005. Reposisi Tanaman Pakan dalam kurikulum fakultas Peternakan. Proseding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak; Bogor, 16 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Hlm 11-17.
-Bogdan, A. V. 1977. Topical Pasture and Fodder Plant (Grasses and Legumes). First Published, Logman, London and New york.
-Fanindi, A., S. Yuhaeni, E. Sutedi dan Oyo. 2009. Produksi hijauan dan biji leguminosa Arachis pintoi pada berbagai jenis pemupukan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 21-22 Agustus 2009.
-Ferguson, J. E. and D. S. Loch. 1999. Arachis pintoi in Australia and Latin America. In Loch DS and JE Ferguson, Editor. Forage seed Production. Tropical and subtropical species Volume 2. Oxon. UK. CABI publishing. Hlm 427-434.
-Maswar. 2004. Kacang Hias (Arachis pintoi ) pada usaha tani lahan kering. Balai Penelitian Tanah Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrokimat. Bogor.
-Rika. I K., I K. Mendra, G. M. Oka, and M. G. Oka Nurjaya. 1991. New forage species for coconut plantation in Bali. In Shelton H.M. and N.W. Stur (ed). Forages for Plantation Crops. ACIAR Proc. 32: 41-44.
-Steel, R. G. D. and J.H. Torrie. 2003. Principles and Procedures of Statistics. 2ed. Mc. Graw-HillBook Co. Inc., New York.
-81
\ No newline at end of file